Apa itu Gaharu ?
Inilah pertanyaan yang sering muncul ketika kita
mengajak relasi kita untuk menanam pohon gaharu. Ironi memang ! namum itulah
kenyataan yang kita hadapi di lapangan. Banyak masyarakat kita yang belum
mengenal gaharu. Padahal gaharu adalah tanaman yang mempunyai nilai ekonomi
sangat tinggi dan kebanyakan tumbuh diwilayah Indonesia.
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk
dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari
pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah
mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau
buatan pada pohon tersebut. (Nama daerah : Karas, Alim, Garu dan
lain-lain).
Apa saja yang dihasilkan dari pohon
gaharu ?
Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang
dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa
pembersihan atau pengerokan.
Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari
pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan
aroma yang kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman
berseling coklat.
Kemedangan adalah kayu yang berasal dari
pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan
aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai
kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.
Nilai ekonomi
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat
tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae
dengan jenis Aquilaria
spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu
beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah,
biasanya disebut sebagai gaharu
buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas
gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan resin
dalam jaringan kayunya[5]. Semakin tinggi kandungan resin
di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar,
yaitu gubal,
kemedangan,
dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam
atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang
memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu
dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta
memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat
kasar, dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk
kayu hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.
Proses pembentukan
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang
terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya
cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun
secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam
jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan
menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin
berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem
dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke
jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat
mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian
tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah
menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk
tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan,
atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat
menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia
dienal, selina-dienone,
dan selina
dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang
tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum
cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon
penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk
menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum
adalah Acremonium
sp., Cylindrocarpon
sp., Fusarium
nivale, Fusarium
solani, Fusarium fusariodes,
Fusarium
roseum, Fusarium
lateritium dan Chepalosporium
sp.
Pengolahan Minyak Gaharu
Sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan
minyak dan senyawa
aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu dapat
dijual ke ahli penyulingan minyak
yang biasanya menggunakan teknik distilasi
uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk
mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air,
kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk
menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan
senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik
distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi
uap. Tenaga uap yang
menyebabkan sel tanaman dapat
terbuka dan minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa
aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan
yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan
minyak di bagian atas dan air di bawah.
Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi
dengan superkritikal CO2, yaitu CO2 cair yang terbentuk
karena tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang
digunakan untuk ekstraksi minyak
gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu
yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas
pada suhu dan tekanan normal.
UNTUK INFORMASI YANG LEBIH LENGKAP TENTANG POHON GAHARU.. SILAHKAN SURVING DI MBAH GOOGLE....
dijual kayu gaharu kwalitas super,asal gaharu kalimantan kwalitas kayu hitam,kering berminyak dan tenggelan,HUB tirto teguh di TLP 02677070678.
BalasHapusdijual kayu gaharu kwalitas super,asal gaharu kalimantan kwalitas kayu hitam,kering berminyak dan tenggelan,HUB tirto teguh di TLP 02677070678.
BalasHapusUntuk pemasaran daerah jawa barat
BalasHapusPenerimabibit, tangkal gaharu d garut jawa barat
BalasHapus